Rabu, 13 April 2011

Manusia dan Kegelisahan

Kegelisahan Menjelang Lebaran

Banyak persoalan yang dihadapi masyarakat Riau sekarang dan kedepan, terutama terkait perilaku kinerja pejabat di Riau, yang bermuara ke pelayanan publik. Ini sebuah persoalan mendasar yang berakibat fatal kalau cepat-cepat masalah kinerja pejabat tidak segera dicarikan solusi.

Apa sebenarnya hakikat dari Perilaku itu? Perilaku adalah menyatunya antara sikap dan perbuatan. Sikap dalam pengertian ini bisa dikatakan sikap mental (mental attitude), yang mencerminkan menyatunya hati dan pikiran dan membentuk pola pikir yang positif. Perbuatan adalah acting/action yang datangnya sebagai akibat respon terhadap segala persoalan yang didorong oleh sikap mental. Sekarang tergantung sikap mentalnya. Kalau sikap mentalnya positif, pasti menghasilkan perbuatan (acting/action), yang positif artinya segala tindak tanduknya akan positif bagi orang-orang sekelilingnya. Apalagi kalau itu, seorang pejabat, yang perilakunya masih harus dibatasi dengan visi misi yang diembannya untuk mensejahterakan rakyatnya. Tentunya, perilakunya bakal relatif bermanfaat bagi kesejahteraan umat.

Tapi, kalau actingnya/perbuatan itu didasari sikap mental negatif (negative mental attitude), tentu segala perilakunya bakal menyusahkan rakyatnya. Korupsi, kolusi dan nepotisme itulah bagian dari kinerjanya sehari-hari.
Apakah pejabat disini memiliki perilaku yang berlandaskan positive mental attitude atau negative mental attitude? Tentu kita tidak bisa mengkategorikan hitam putih seperti itu, sebab sikap mental seseorang, bahkan pejabat itu relatif adanya. Namun, melihat persoalan yang melilit masyarakat di negeri makmur seperti Riau ini, yang kurang sejahtera, patutlah dipertanyakan, apakah mental pejabat disini sudah cuek, acuih babe?
Ada beberapa contoh disini, dan pembanding dengan daerah lain. Masalah harga sembako, yang mendera kehidupan rakyat disini, terlihat pejabat hanya diam, kurang melakukan action, hanya janji-janji melulu. Masak masyarakat sudah terjepit kenaikan sembako, pejabat masih sibuk berdebat. Birokrasilah yang dikedepankan, sehingga itu baru rencana dan baru rencana pulak, bahwa akan ada operasi pasar di Simpang Tiga menjelang puasa. Itu pun waktunya belum dipastikan? Di berita-berita sering digembar-gemborkan, tapi realisasinya......???
Simpul-simpul kemiskinan di Riau itu banyak, bahkan Ayat Cahyadi, Ketua Fraksi PKS menyebut kemiskinan banyak merambah bumi Riau pesisir. Apakah dengan hanya satu saja operasi pasar di Simpang Tiga mampu meringankan masyarakat dari jerat kemiskinan? Mana action pemda-pemda lainnya untuk melakukan operasi pasar menjelang Ramadhan di simpul-simpul kemiskinan itu.
Tidak terdengar, sunyi, sepi dari hiruk pikuk masyarakat miskin yang ingin menikmati indahnya Bulan Ramadhan dengan operasi pasar.

Coba kita tengok di Batam, Pemda telah membentuk Tim Pengendalian Harga, yang tugasnya menjinakkan harga-harga sembako agar tidak liar atau melambug. Tim ini dengan segala upayanya boleh dikatakan sudah action, tidak hanya operasi pasar. Tapi, tim sudah mencari sebab musabab dan solusinya bagaimana supaya harga tak bergejolak.
Sudah bersusaha menurunkan harga pun, masyarakat kurang puas hingga beberapa waktu lalu terjadi demo yang mendesak mundur Tim Pengendali Harga, yang dianggap gagal mengendalikan harga kebutuhan pokok.

Kiranya, kita bisa membandingkan apa yang sudah diperbuat pemda Batam untuk menurunkan harga-harga kebutuhan pokok, dan apa yang diperbuat pemda-pemda di Riau untuk melepas rakyatnya dari jeratan gejolaknya harga.

Melihat fakta-fakta selama ini, kita belum mendengar Disperindag membentuk tim khusus. Seandainya, ada tim, tapi fungsi tim itu tidak setajam di daerah lain. Karena namanya yang diambilnya tidak ada konotasi menuju ke goal; seperti contoh: Tim Pengendalian Harga (tugasnya mengendalikan harga agar tidak naik/harga-harga sembako terkendali), sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
Apalagi lebaran sebentar lagi, tentu kebutuhan masyarakat untuk merayakan Idul Adha nanti meningkat, terutama sembako dan bahan pangan lainnya serta pakaian. Apakah masih akan terjadi pembiaran atas gejolak naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat itu?
Tentu masyarakat masih berharap terhadap gubernur, walikota maupun bupati sebagai pemegang kebijakan bisa melihat kegelisahan rakyat kecil menghadapi lebaran mendatang. Semoga lebaran tahun ini menjadi momentum silaturahmi yang kuat antara pamong dan rakyatnya dalam meringankan beban kehidupan yang semakin hari semakin berat. Amin. ***

sumber : http://www.riaumandiri.net/rm/index.php?option=com_content&view=article&id=10666:kegelisahan-rakyat-menghadapi-lebaran&catid=60:tajuk

0 komentar:

Posting Komentar